Rini Nurlatifah merupakan mahasiswa program studi pendidikan akuntansi Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Bisnis Universitas Pendidikan Indonesia Angkatan 2017 yang lolos program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM) pejuang muda kemensos. Pejuang Muda Kampus Merdeka Kementrian Sosial RI merupakan program yang menjadi laboratorium sosial mahasiswa untuk memberikan dampak sosial bagi masyarakat secara konkret dan nyata melalui program yang dirancang.
Rini mendapatkan informasi program pejuang muda kemensos dari media social, lalu mencari informasi lebih lanjut terkait program ini. Setelah mendapatkan berbagai informasi dan program ini sesuai dengan minatnya selama mengikuti berbagai organisasi, yakni bidang sosial dan kemanusiaan sehingga akhirnya mantap untuk mendaftar.
Menurut Rini, yang harus dipersiapkan untuk seleksi pejuang muda kemensos diantaranya harus dipersiapkan untuk seleksi program ini tentu berkas administrasi dan yang tidak kalah penting adalah portofolio sebagai ringkasan apa yang sudah kita lakukan/ciptakan yang relevan dengan kebutuhan program. Selebihnya yakni berbagai pengetahuan, pengalaman dan ketertarikan akan kondisi yang ada di masyarakat.
Proses seleksi pejuang muda kemensos, Proses seleksi program ini sekitar satu bulan dan lengkapnya dapat dilihat di web pejuang muda kemensos. Terdapat dua tahap seleksi yang saya lalui, yakni administrasi dan Leaderless Group Discussion (LGD). Untuk seleksi administrasi sama seperti program lainnya, kami mempersiapkan cv, portofolio, serta essai. Selain itu, pendaftar diharuskan memilih satu dari empat fokus yang pada masalah social serta menggunakannya sebagai topik essai. Di tahap ini pendaftar mencapai belasan ribu.
Setelah tahap administrasi dilewati, terdapat sekitar sepuluh ribu pendaftar yang lolos dan lanjut ke tahap seleksi kedua yakni LGD, tahapan yang paling membuat saya gugup belum memiliki pengalaman dalam seleksi yang menggunakan LDG, apalagi dengan kelompok yang saya tidak kenal sebelumnya. Di tahap ini kami diberikan isu permasalahan social dan harus berdiskusi mencari solusi untuk memecahkan maslah tersebut.
Peserta yang lolos LDG sebanyak 5140 peserta yang rencananya akan ditempatkan di 514 kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Setelah lolos dua tahap tadi, tinggal menunggu penempatan. Saya daftar untuk penempatan Jawa Barat. Namun, ketika pengumuman ternyata Rini ditempatkan di daerah yang sangat jauh, yakni Lampung, tepatnya Way Kanan. Hal ini membuat bimbang untuk melanjutkan atau mundur. Namun, akhirnya Rini menjadi salah satu perserta Pejuang Muda dengan penempatan Kab. Way Kanan bersama lima rekan pejuang lainnya.
Lolos dalam program ini memberikan kesan tersendiri baginya, karena salah satu harapan ketika kuliah adalah mengikuti salah satu program MBKM dan akhirnya terwujud melalui program Pejuang Muda. Banyak hal yang harus saya pertimbangkan untuk bisa sampai di tahap ini dan semua terbayar ketika saya lolos dan menjalankan tugas. Semua wawasan dan pengalaman sangat berharga untuk kedepannya, ditambah bisa mengunjungi daerah di luar pulau jawa dengan program ini.
Peran mahasiwa dalam kegiatan pejuang muda kemensos, Selain verival bantuan, Pejuang Muda harus melakukan pemetaan social berkaitan dengan permasalahan yang ada dimasyarakat, lalu mencari solusi bagi permasalahan tersebut.
Program ini memberikan kesempatan Rini untuk meluaskan langkah, membuka mata, hati dan pikiran akan berbagai hal, terutama keadaan social di masyarakat. Rini besar di daerah dengan fasilitas yang mendukung, namun ketika saya berkunjung ke berbagai Kampung, melihat dan mengalami perbedaan ketersediaan fasilitas dengan yang ada di Jawa membekas diingatan saya.
Perjalanan dari kampung ke kampung, rumah ke rumah juga membekas diingatan. sering kali kami jatuh dari kendaraan, menerobos kebun kopi dengan jalan setapak yang bahkan ketika naik motornya saja saya tahan napas, lalu ban motor yang harus diberi rantai dulu baru motornya bisa jalan dikarenakan jalannya berupa tanah dan licin.
Kenangan berharga lain adalah keluarga. Saya pergi kesana tanpa mengenal siapapun, hanya bermodalkan niat, tekad dan doa orang tua, saya memberanikan diri pergi. Sesaat disana, saya menemukan keluarga baru yang saling menjaga dan juga pribumi yang menerima kami dengan penuh keramahan (Yana Setiawan)